Restorasi Ekosistem : Hutan dan Lahan Gambut

Sebuah film animasi restorasi ekosistem hutan dan lahan gambut yang dibuat dan diprakarsai oleh PT. Rimba Makmur Utama (RMU).
Mengenai kegiatan PT. Rimba Makmur Utama bisa dilihat di www.katinganproject.com

diunggah dari : https://www.youtube.com/watch?v=O__2pdbpwSg&feature=share

Photo Kebun Desa Terantang Terbakar pada Awal Bulan Oktober 2014...


Api mulai membakar kebun desa Terantang

Warga mulai bergotong royong dengan alat seadanya

anak-anak turut serta memadamkan api

Pembuatan sekat bakar dan sumur buatan

sumur buatan desa Terantang

Sisa kebun yang terbakar

Kerajinan Rotan Warga Desa Terantang, Seranau, Kotawaringin Timur, Kal-Teng

Tempat Beras dari Rotan
Tampak Atas Tudung Saji
Tampak Bawah Keranjang Beras
Tampak Dalam Tudung Saji
Tudung Saji Rotan
Tampak Bawah Keranjang Sampah

PT. Rimba Makmur Utama (RMU) Bekerjasama dengan Mahasiswi MIPA-Kimia Unjani Cimahi Melakukan Penelitian Minyak Kelapa dan Getah Jelutung di Kecamatan Pulau Hanaut

Pada medio bulan Juni 2014, 2 (dua) Mahasiswi Cimahi melakukan penelitian mengenai Minyak Kelapa (Minyak Lala)  dan getah Jelutung di desa Bamadu, Kecamatan Pulau Hanaut, Kotawaringin Timur, Kal-Teng. Penelitian ini diinisiasi oleh PT. Rimba Makmur Utama (RMU) atas dasar informasi mengenai penurunan tingkat pemakaian minyak kelapa di wilayah Pulau Hanaut yang merupakan sumber daya alam terbesarnya adalah kelapa yang melimpah serta tidak laku jualnya getah jelutung di pasaran yang menurunkan tingkat ekonomi sebagian besar warga desa Bamadu yang menggantungkan ekonomi untuk keluarganya pada sumber daya alam getah jelutung.

   
                                                                                       
proses pembuatan minyak kelapa
Informasi yang didapat dari lapangan serta diskusi dengan kelompok Ibu-ibu di desa Bamadu, penurunan tingkat pemakaian minyak kelapa ini lebih banyak disebabkan oleh berkurangnya pembuat minyak kelapa. Berkurangnya pembuat minyak kelapa ini lebih disebabkan oleh tidak berimbangnya harga jual (harga kelapa, operasional pembuatan dan pemasaran) dan lebih praktis membeli minyak sawit yang setiap hari siap menanti.
Dalam hal ini, ibu-ibu mengharapkan adanya sebuah terobosan yang bisa mempermudah dalam pemerosesan minyak lala dan segi pemasaran yang adil sehingga bisa menjadikan nilai tambah untuk peningkatan ekonomi  keluarga.
 
                                                        
 
Penelitian Getah Jelutung di Hutan Kecamatan Pulau Hanaut
Pada penelitian getah jelutung di hutan Kecamatan Pulau Hanaut, dengan dibantu oleh pemantung (pencari getah jelutung) dari desa Bamadu, didapat informasi bahwa dengan tidak laku jualnya getah jelutung menjadi pukulan terberat untuk kehidupan sebagian warga desanya yang menggantungkan hidupnya pada getah jelutung. Pukulan terberat sangat dirasakan oleh pemantung yang tidak mempunyai alternatif pekerjaan lain serta tidak punya kebun untuk kehidupan mereka.
Potensi getah jelutung di Pulau Hanaut sangat besar dan entah kenapa tahun pertengahan tahun 2014 ini tidak laku dijual ?.
Bapak-bapak di desa Bamadu mengharapkan hasil penelitian ini bisa mendorong dengan adanya peluang getah jelutung laku lagi di pasaran untuk menghidupkan warga desanya serta adanya terobosan alternatif penggunaan lain yang memakai bahan dasar jelutung.

Getah Jelutung Tidak Laku, Harga Getah Karet Turun Tajam, Harga Rotan Ikut-ikutan Turun drastis....

GETAH JELUTUNG
Sejak akhir april hingga awal bulan Mei 2014, harga getah jelutung masih dengan kisaran Rp 6.000,- namun sejak harga itu hingga kini (agustus 2014) tidak laku atau tidak bisa dijual lagi ke pengusaha atau pun langsung ke PT. Sampit. Menurut rumor antar pemantung (pencari getah jelutung di hutan) sudah biasa jika menghadapi hari nasional, harga getah jelutung bakal turun namun akan masih tetap laku dijual, namun yang terjadi sampai saat ini tidak laku dijual. Padahal stok getah jelutung dari para pemantung yang ada di kecamatan Pulau Hanaut dan kecamatan Seranau jika dikumpulkan bisa mencapai puluhan ton. Dan stok tersebut kini hanya disimpan di hutan dan di sungai depan rumah.
Menurut informasi dari PT. Sampit, permintaan akan getah jelutung dan getah karet sedang lesu dan harga dunia sedang menurun.

 Petani Jelutung membersihkan dan menyimpan getahnya diberbagai tempat
  
GETAH KARET
Hal serupa dengan yang diatas, penurunan harga getah karet sangat terasa oleh para petani karet seantero Kabupaten Kotawaringin Timur. Harga kini (agustus 2014) di kecamatan Seranau sebesar Rp 6.000/kg takolok/kepala, sedangkan di kecamatan Pulau Hanaut sebesar Rp 5.500/kg takolok/kepala. Dan informasi yang didapat dari lapangan, sebagian besar petani karet menghentikan sementara untuk memantat/menyadap karet dan mengalihkan pekerjaan menjadi buruh sawit, serabutan, pegawai toko dan istirahat di rumah sambil menunggu harga naik kembali.

 Pohon karet yang disadap dan pintu depan PT. Sampit

ROTAN
Rotan yang menjadi sumber pendapatan terbesar di kecamatan Seranau (Terantang, Terantang Hilir, Batuah, Mentaya Seberang) ikut turun harganya. Harga tanggal 20 agustus 2014 adalah sebesar Rp 180.000/kuintal basah. Yang menjadi masalah sekarang adalah rotan kering tidak bisa dijual kepada pedagang besar di Pelangsian dan Kota Besi. Bisa dijual akan tetapi uangnya menyusul kemudian jika si pengepul itu mampu menjual ke pasar.

Peruntih Rotan dan Rotan Kering Yang Belum Terjual

Dilihat dari segi pendapatan keluarga,  turunnya harga sudah pasti ikut menurunkan pendapatan sehari-hari para keluarga yang bersumber pada 3 (tiga) sumber daya alam ini.
Para petani hanya berharap, mudah-mudahan Pemerintahan Pusat dan Kabupaten bisa menemukan solusi yang tepat untuk keberlanjutan hidup dan kesejahteraan rakyatnya. 

Rotan Dari Desa Terantang dan Terantang Hilir Harganya Anjlok Lagi....



Mata pencaharian sebagian besar masyarakat desa Terantang dan desa Terantang Hilir Kecamatan Seranau, Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah adalah dikenal dengan 3 M yaitu Meruntih, Memagat, Memantat. 3 M ini merupakan sebuah gambaran tentang sumber daya alam yang tersedia dan dimiliki oleh masyarakat ke 2 desa tersebut dengan luasnya kebun rotan yang tegakannya dari pohon karet. Pohon rotan dianggap sebagai DEPOSITO (penghasilan masa depan secara periodik) dan pohon karet dianggap sebagai ATM (penghasilan sehari-hari)
Diskusi dengan Petani Karet dan Rotan
Namun, saat ini (Juni 2014) kedua komoditas ini mulai turun harganya secara signifikan dan berdampak pada turunnya nilai pendapatan sehari-hari masyarakat, dan para pengumpul kecil dan pengumpul besar pun ikut merasakan turunnya harga ini. 
Diskusi dengan Pengumpul Rotan di Gudang Rotan
Dampak susulan lain, setidaknya mulai terdengar keluhan-keluhan untuk menjual kebun sampai pada inisiatif untuk mengalihkan jenis tanaman.
Diskusi antara Pengumpul Besar rotan Desa Terantang dengan Prof. Chris Bennett dari University Of British Columbia dan Febiana Tedja, mahasiswi S2 di universitas tersebut, kisah naik dan turunnya rotan bisa bermula dari segi regulasi mengenai dunia rotan, peraturan dimulai dari terbitnya Permendag Nomor :  36/M-DAG/PER/8/2009 Tentang Ketentuan Ekspor Rotan yang ditandatangani oleh Menteri Perdagangan RI, Mari Elka Pangestu pada tanggal 11 Agustus 2009, dan pada periode selanjutnya Permendag diatas dicabut dan diganti dengan terbitnya Permendag Nomor : 35/M-DAG/PER/11/2011 Tentang Ketentuan Ekspor Rotan dan Produk Rotan, yang ditandatangani oleh Menteri Perdagangan RI, Gita Irawan Wiryawan pada tanggal 30 Nopember 2011 berbarengan dengan terbitnya Permendag Nomor 36/M-DAG/PER/11/2011 Tentang Pengangkutan Rotan Antar Pulau.
Diskusi dengan pengumpul rotan
Sejauh ini, yang dirasakan oleh masyarakat kedua desa diatas terhadap dampak turunnya harga rotan tidak seperih apa yang dikatakan pemerintah, yaitu rotan merupakan hasil hutan bukan kayu, padahal kedua desa ini membudidayakan rotan secara turun menurun. Dan lebih perih lagi mengapa pemerintah tidak mempersiapkan dahulu masyarakat petani rotan sebelum peraturan-peraturan mengenai rotan diterbitkan ?.
Diskusi dengan pengusaha rotan

Desa Mendawai, Kecamatan Mendawai, Kabupaten Katingan, Mulai Memetakan Wilayahnya Sendiri

Pada Tanggal 5 Juni 2014, Yayasan Puter Indonesia bekerja sama dengan Pemerintahan Desa Mendawai mengadakan Sosialisasi dalam judul " Belajar Bersama Tentang Kewilayahan di Desa Mendawai " yang bertempat di Aula Kecamatan Mendawai, Kabupaten Katingan.
Sosialisasi Pemetaan Partisipatif
Para peserta Sosialisasi yang hadir terdiri dari Pemerintah Desa Mendawai, BPD Mendawai, Ibu-ibu PKK, dan segenap tokoh masyarakat Mendawai.
Tujuan dari Sosialisasi ini adalah adanya sebuah Peta secara menyeluruh mengenai kewilayahan Desa Mendawai dalam rangka penyiapan untuk ikut bekerja sama dengan PT Rimba Makmur Utama (RMU) dan menyambut ketertiban kewilayahan Desa Mendawai pada terbitnya Undang-Undang No. 6 Tahun 2014 Tentang Desa.
Diskusi Perencanaan Desa dan Membuat Sketsa Desa Mendawai
Dengan dilandasi semangat warga peserta untuk kebaikan dan ketertiban Desa, segala informasi penting mengenai Desanya di tuliskan dalam diskusi untuk menjadi profil desa mendawai yang akurat dan berguna untuk generasi berikutnya.

Survey Lapangan Pemetaan Partisipatif untuk Fasilitas Umum 1
Agenda yang disepakati dalam "Belajar Bersama Tentang Kewilayahan Desa Mendawai" adalah adanya pemetaan secara partisipatif mulai dari fasilitas umum, tata guna lahan, serta wilayah administrasi desa dan perencanaan wilayah kelola yang akan dilakukan pada bulan Juni 2014 sampai bulan Agustus 2014.
Survey Lapangan Pemetaan Partisipatif untuk Fasilitas Umum 2
Survey Lapangan Pemetaan Partisipatif untuk Fasilitas Umum 3

Survey Lapangan Pemetaan Partisipatif untuk Fasilitas Umum 4

Serah Terima Peta Hasil Pemetaan Partisipatif Dan Dokumen KKA Yang Difasilitasi oleh Yayasan Puter Indonesia Kepada Pemerintah Kabupaten Kotawaringin Timur

Pada hari Rabu, 28 Mei 2014, bertempat di Gedung Pertemuan Tingkat II Pemerintah Kabupaten Kotawaringin Timur telah diselenggarakan pertemuan yang berjudul "Serah Terima Hasil Pemetaan Partisipatif dan Dokumen Kesepakatan Konservasi Alam (KKA) di 12 Desa Dampingan ke Pemerintah Kabupaten Kotawaringin Timur"

acara serah terima peta hasil pemetaan partisipatif dan kka
Dalam sambutan Bupati Kotawaringin Timur,  Bapak H. Supian Hadi, S.IKom. yang dibacakan oleh Assisten I Kab. Kotim, Bapak I Made Dikantara, sangat berapresiasi terhadap kegiatan pemetaan partisipatif dan belajar bersama warga mengenai wilayah yang harus dilindungi untuk generasi berikutnya yang difasilitasi oleh Yayasan Puter Indonesia dengan dukungan dana dari Usaid-Ifacs yang bekerja sama dengan Pemerintah Kabupaten Kotawaringin Timur. Disamping itu, program pemetaan partisipatif ini sangat mendukung untuk program-program pemerintah ke depan tentang rencana pembangunan yang berkelanjutan. Sementara dengan pemetaan desa secara partisipatif ini, mudah-mudahan menjadi penyemangat agenda Pemerintah Kabupaten Kotawaringin Timur tahun 2014-2015, untuk terselesaikannya tata batas wilayah, tata guna lahan dan luas wilayah desa-desa se Kabupaten Kotawaringin Timur agar tertata tertib menyongsong terbitnya Undang-Undang No 6 Tahun 2014 tentang Desa.

hadirin yang terundang dalam acara serah terima peta dan kka
Dalam kegiatan ini, hadirin yang terundang dalam acara ini adalah Ketua DPRD Kab. Kotim, Ketua Komisi I Kotim, Sekretraris Daerah Kotim, Pengadilan Negeri Sampit, Pengadilan Agama Sampit, Kapolres Sampit, Dandim Sampit, BPMPD Kotim, Bappeda Kotim, BLH Kotim, Dinas PU Kotim, Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kotim, Camat Seeranau dan Camat Pulau Hanaut, desa yang dilakukan pemetaan partisipati adalah : Kades Terantang Hilir, Kades Batuah, Kades Seragam Jaya, Kades Ganepo, Kades Makarti Jaya, Kades Rawasari, Kades Hanaut, Kades Babaung, Kades Bapinang Hilir, Kades Babirah, Kades Hantipan, Kades Bapinang Hilir Laut serta perwakilan BPD dan tokoh masyarakat, wartawan Radar Sampit, wartawan Tabengan dan wartawan Kalteng Pos.

Serah Terima Peta hasil Pemetaan Partisipatif kepada PemKab Kotim

PT Rimba Makmur Utama (RMU) Bersama Warga Membentuk Regu Siaga Api


Menurut informasi yang dapat di percaya, pada akhir bulan April 2014, telah terbentuk 3 (tiga) Regu Siaga Api yang meliputi Desa Mendawai, Desa Tewang Kampung dan Desa Kampung Melayu Kabupaten Katingan. Pembentukan Regu Siaga Api ini merupakan tindak lanjut dari hasil beberapa pertemuan yang telah mencapai kesepakatan antara PT Rimba Makmur Utama dengan 3 (tiga) desa tersebut untuk belajar bersama-sama dalam menjaga lingkungan dan mengantisipasi kebakaran lahan di wilayah administrasi ke 3 (tiga) desa tersebut.
Musyawarah Kegiatan Regu Siaga Api di Desa Mendawai
Dalam pembentukkannya, Pemerintahan Desa, BPD serta warga desa setempat turut terlibat dalam pertemuan dan berakhir pada terbitnya SK Pemerintah Desa untuk Pembentukkan Kepengurusan Regu Siaga Api di masing-masing Desa.
Dalam pengadaan peralatan Operasional Regu Siaga Api, PT Rimba Makmur Utama menyediakan 3 Set/lengkap Perahu Ces, 9 Set/lengkap alat Pemadam Kebakaran, Seragam Perlengkapan dinas serta dana operasional Regu Siaga Api.
Peralatan Pemadam Kebakaran Lahan
Sebagai tahap pertama, dalam menjalankan operasinya adalah selama 6 bulan penuh, mulai dari tanggal 1 Mei 2014  sampai 31 Oktober 2014. Sistem operasi Regu Siaga Api dilakukan setiap hari mulai pagi sampai sore dengan cara bergililiran pada Regu Siaga Api 3 (tiga) desa tersebut dengan melakukan patroli pada cakupan wilayah desa yang rentan dan selalu terbakar pada periode-periode tertentu.
Regu Siaga Api Desa Kampung Melayu

Pulau Hanaut

Pulau Hanaut adalah sebuah hamparan daratan diantara dua jalur aliran sungai Mentaya. Posisinya terletak di daerah Samuda dan Bapinang. Panjang pulau ini adalah 1.986 m dengan lebar 438 m namun tidak merata lebarnya. Menurut cerita dari warga Desa Hanaut, dinamakan Hanaut karena adanya perkawinan antara Hana dan Uut di tempat ini, jadinya dinamakan Pulau Hanaut.

Pulau Hanaut
Secara administrasi, wilayah Pulau Hanaut ini dibagi dua menjadi wilayah desa Basirih Selatan dengan Desa Bapinang Hulu.
Nama Pulau Hanaut dipakai untuk penamaan Kecamatan, yaitu Kecamatan Pulau Hanaut. Sampai saat ini di dalam Kecamatan Pulau Hanaut ada 14 desa, yaitu :
1. Satiruk
2. Serambut
3. Bantian
4. Bapinang Hilir Laut
5. Hantipan
6. Babirah
7. Bapinang Hilir
8. Babaung
9. Panyaguan
10. Bamadu
11. Bapinang Hulu
12. Hanaut
13. Makarti Jaya
14. Rawasari

Data penduduk Kecamatan Pulau Hanaut, Maret Tahun 2014 adalah sebanyak 16.976 jiwa, dengan sumberdaya alam unggulan Kelapa Dalam, Karet, Durian, Pertanian dan Perikanan.

May Day - Hari Buruh Internasional


Buruh, Pekerja, Tenaga Kerja atau Karyawan pada dasarnya adalah manusia yang menggunakan tenaga dan kemampuannya untuk mendapatkan balasan berupa pendapatan baik berupa uang maupun bentuk lainya kepada Pemberi Kerja atau pengusaha atau majikan
Pada dasarnya, buruh, Pekerja, Tenaga Kerja maupun karyawan adalah sama. namun dalam kultur Indonesia, "Buruh" berkonotasi sebagai pekerja rendahan, hina, kasaran dan sebagainya. sedangkan pekerja, Tenaga kerja dan Karyawan adalah sebutan untuk buruh yang lebih tinggi, dan diberikan cenderung kepada buruh yang tidak memakai otot tapi otak dalam melakukan kerja. akan tetapi pada intinya sebenarnya keempat kata ini sama mempunyai arti satu yaitu Pekerja. hal ini terutama merujuk pada Undang-undang Ketenagakerjaan, yang berlaku umum untuk seluruh pekerja maupun pengusaha di Indonesia.
Buruh dibagi atas 2 klasifikasi besar:
  • Buruh Profesional - biasa disebut buruh kerah putih, menggunakan tenaga otak dalam bekerja
  • Buruh Kasar - biasa disebut buruh kerah biru, menggunakan tenaga otot dalam bekerja
dikutip dari : http://id.wikipedia.org/wiki/Buruh

bekerja untuk anak dan keluarga

Selamat Hari Buruh Indonesiaku...
May Day, 1 Mei 2014

Pantung/Jelutung, Getahnya (sementara) Tidak Laku Dijual

Terhitung sejak awal bulan Maret 2014 sampai bulan Juni 2014, para petani getah jelutung yang ada di Kecamatan Pulau Hanaut dan Kecamatan Seranau menghentikan kegiatan pemanenan getah dari pohon pantung/jelutung. Penghentian tersebut dilakukan karena PT. SAMPIT untuk sementara tidak menerima lagi pembelian getah pantung/jelutung  dari petani di dua kecamatan tersebut.

Peralatan Petani Getah Pantung/Jelutung




Informasi yang diterima dari para petani getah pantung/jelutung dan pedagang besar di Sampit tentang getah pantung/jelutung tidak laku lagi adalah, bahwa kualitas getah pantung/jelutung rendah, permintaan dunia atas getah pantung menurun, dan PT SAMPIT sedang ada rencana restrukturisasi.
Getah Pantung Jadi yang untuk sementara tidak Laku di jual


Dampak dari tidak lakunya getah pantung ini, selain menurunkan pendapatan keluarga juga sebagian petani mengalihkan kehidupan mereka kembali pada pencarian kayu hutan di hutan kotawaringin timur dan katingan.