Harga Rotan se-Kotawaringin Timur terjun bebas...

Perjuangan para pengusaha rotan untuk mencoba "melihat kembali" permendag no 35/M-DAG/PER/11/ 2011 tentang ekspor rotan dan produk rotan, yang berlaku di tahun 2011 masih terus dilakukan di pemerintahan dan DPRD Kotim. Meski hasil perjuangan tersebut belum maksimal, namun mereka secara bertahap melakukan persiapan-persiapan yang cukup matang. Secara akal sehat, mereka sadar akan larangan ekspor rotan mentah dikarenakan stok untuk dalam negeri kurang. Namun pada kenyataannya, stok yang cukup melimpah tidak juga dimanfaatkan oleh pengusaha kerajinan dalam negeri, aneh katanya.
Disisi lain, mereka keberatan dengan pernyataan bahwa rotan di Kotim merupakan hasil hutan, padahal sebenarnya rotan yang dihasilkan adalah hasil budidaya kebun rotan sejak tahun 1963 di wilayah Kotim dan sekitarnya.



siap-siap meruntih rotan

Untuk bulan Agustus 2013 ini, harga rotan makin terjun bebas ke angka yang kuran realistis jika diperjualbelikan, basah Rp 1.100 - 1.900, kering Rp 6.300 - 7.000/kg. Dan informasi yang didapat, banyak warga sedang berpikir ulang untuk memanen rotan dikala harga sedang tidak bagus ini.
Secara matapencaharian, penurunan harga ini secara langsung memengaruhi penurunan pendapatan ibu-ibu dan bapak-bapak yang sumber pendapatannya dari hasil meruntih rotan. Seperti yang terjadi di Desa Batuah, Terantang Hilir dan Terantang Kecamatan Seranau Kotim, hanya ada beberapa bos rotan besar yang masih bisa menggiatkan ibu-ibu dan bapak-bapak untuk meruntih. Dan yang ada di pikiran bos rotan besar tersebut adalah saya tidak ingin melihat yang tidak diinginkan...