Desa Batuah, Kecamatan Seranau, Kotim, Resmi Mempunyai Peta Hasil Pemetaan Partisipatif

Pada hari rabu, 23 Oktober 2013, desa Batuah resmi mempunyai peta hasil pemetaan partisipatif. Menurut Bapak Haris, yang menjabat sebagai Sekdes Batuah sekaligus ketua tim survey lapangan pemetaan partisipatif mengungkapkan bahwa penyelenggaraan kegiatan ini dilakukan dari Februari 2013 sampai Oktober 2013. Adapun dalam penyelenggaraannya adalah adanya kerjasama antara pemerintahan desa Batuah dengan Yayasan Puter Indonesia. Selanjutnya, dengan adanya peta desa Batuah hasil pemetaan partisipatif, warga desa mengetahui wilayahnya sendiri juga sekaligus sebagai alat perjuangan dalam menghadapi ancaman sekaligus peluang untuk perencanaan pembangunan desa yang menguntungkan warga desa semua.

lokakarya pengesahan peta desa Batuah

kades Terantang Hilir dan segenap tokoh masyarakat

Kades Batuah disaksikan Kades Terantang Hilir menandatangani peta

Penyerahan peta disaksikan kades Terantang Hilir dan pemerintahan desa Batuah

Desa Terantang Hilir, Kecamatan Seranau, Kotim, Resmi Mempunyai Peta Hasil Pemetaan Partisipatif

Pada hari senin, 21 Oktober 2013 bertempat di Balai Desa Terantang Hilir, sebagian warga desa serta 3 (tiga) Kepala Desa yang terdiri dari Kepala Desa Terantang Hilir, Bapak Zulkifli, Kepala Desa Terantang, Bapak Chairil Anwar, SH dan Kepala Desa Batuah, Bapak M. Edy Yacoeb serta BPD dan tokoh masyarakat, menghadiri acara pengesahan peta hasil pemetaan partisipatif desa Terantang Hilir.
Menurut ketua tim survey pemetaan desa Terantang Hilir, Bapak Achmad Juliansyah mengatakan dalam presentasinya bahwa pemetaan ini dilaksanakan dari bulan Februari 2013 sampai Oktober 2013 dan bekerja sama dengan Yayasan Puter Indonesia. Beliau mengatakan bahwa maksud dan tujuan pemetaan partisipatif adalah :
1. warga desa Terantang Hilir mengenal wilayahnya sendiri
2. peta dijadikan sebagai acuan perencanaan tata guna lahan untuk pembangunan desa
3. sebagai salah satu alat perjuangan untuk mengahdapi ancaman dan peluang terhadap wilayah administrasi desa.

Ketua Tim Survey, Bapak Achmad Juliansyah sedang memperesentasikan Peta
Kades Terantang Hilir, Bapak Zulkifli sedang menandatangani Peta
Kades Terantang, Kades Batuah dan Tokoh masyarakat
Photo Bersama

Musim Menanam Padi Pun Dimulai......


membersihkan lahan padi dengan cara membakar 1

membersihkan lahan padi dengan cara membakar 2

membersihkan lahan padi dengan cara membakar 3

Calon Wilayah Restorasi Ekosistem PT. RMU di Desa Terantang dan Terantang Hilir Kotawaringin Timur Didatangi oleh Wartawan The Sydney Morning Herald.

Hari kamis, 3 Oktober 2013,  Michael Bachelard, adalah seorang koresponden Indonesia untuk The Age dan The Sydney Morning Herald Australia, mengunjungi Desa Terantang dan Terantang Hilir, Seranau, Kabupaten Kotawaringin Timur. Dalam kunjungannya yang ditemani oleh 1 photographer dan 1 penerjemah itu berkesempatan melihat dari dekat situasi lapangan calon wilayah Restorasi Ekosistem yang diusulkan oleh PT. RMU sejak tahun 2008 kepada Kemenhut Republik Indonesia.


transportasi air (ces) sebagai alat untuk melihat calon wilayah Restorasi Ekosistem PT. RMU

Selain menikmati pemandangan kiri-kanan sungai Terantang Besar yang berair warna merah dan hitam karena gambut dan segala aktivitas warga di sungai tersebut, rombongan wartawan tersebut berkesempatan meliput dan meninjau groundcheck penelitian PT. RMU di titik 165 yang didalamnya merupakan salah satu titik yang mengukur tentang kedalaman gambut, ketinggian air, vegetasi serta bio massa.

Penelitian di Titik 165
Setiba didesa Terantang, wawancara dimulai dengan melibatkan beberapa warga yang kebetulan ada di desa, Volunteer PT RMU, Lembaga WetLand Indonesia dan Yayasan Puter Indonesia. Dari wawancara tersebut beberapa pertanyaan-pertanyaan yang muncul adalah seperti pengetahuan dan pemahaman REDD+ dipihak warga, pengetahuan warga tentang rencana restorasi PT RMU, mata pencaharian warga, Produk Lokal desa, dan tentang birokrasi yaitu terkatung-katungnya ijin dari Kemenhut serta isu pengurangan wilayah calon restorasi dari +/- 200.000 ha menjadi 100.000 ha ?


Wawancara Warga bersama Michael Bachelard

Yang tersimpulkan dari wawancara tersebut adalah pemahaman tentang REDD+ dan Restorasi Ekosistem memang belum dipahami oleh sebagian warga meski penyiapan warga untuk menghadapi hal tersebut sudah dilakukan dan hanya mampu merangkul sebagian kecil saja yang bisa meluangkan waktunya dan tertarik dengan keinginan tahuan tentang kegiatan tersebut.
Memang betul, Ijin Restorasi Ekosistem yang tidak kunjung keluar berdampak pada pemahaman REDD+ dan Restorasi Ekosistem.
Namun, yang menarik adalah, JIKA calon wilayah Restorasi Ekosistem menjadi 100.000 ha yang disinyalir hanya meliputi Kabupaten Katingan, maka akan ada yang "terkejut" dan akan banyak yang mendengar tentang "keterkejutan" itu. Mengapa terkejut? mungkin pemikirannya bahwa yang dicadangkan oleh Kemenhut seluas +/- 230.000 Ha untuk RE dan sejenisnya, kok jadinya 100.000 Ha, selain itu mungkin ada kata-kata memangnya 'lahan gambut bisa dipotong-potong' dan lain-lain.
Namun yang jelas, hasil kunjungan wartawan ini akan dipublikasikan pada hari Senin, 8 Oktober 2013 sebelum pertemuan APEC di Bali akan dimulai.