REDD+ : (prediksi sesaat) Dimana ada KARBON di situ ada KORBAN...

REDD+ mulai menghangat seiring dengan dekatnya tahun pelaksanaan setelah 2012. Tahun tersebut adalah mulainya kegiatan setelah melalui beberapa pertemuan yang menghasilkan LoI ataupun surat kesepakatan lainnya yang mengatur di dalamnya. Sambil menunggu tahun H -nya, usaha-usaha dalam bentuk percontohan-percontohan (DA-REDD+) sedang dilakukan diberbagai daerah.
Berbagai berita tentang REDD+ berseliweran di jaringan internet, dari siapa berbuat apa? sampai berbuat apa untuk siapa?. Dari berita tersebut terangkum 2 poin penting, yaitu :
1. REDD+ akan dilaksanakan di Lahan Hutan
2. REDD+ perlu pelaksananya

Idealnya, 2 poin diatas agar terjadi paham keserasian dan kesejalanan dalam pelaksanaan REDD+, perlu menciptakan kondisi dalam bentuk simbiosis mutualisma atau saling menguntungkan.
Memang, dalam prakteknya untuk menciptakan kondisi diatas memerlukan tenaga, waktu dan biaya yang cukup besar.
Dalam Ilustrasi dibawah ini, hanya bulatan kuning saja yang sangat perlu diperhatikan, agar kegiatan REDD+ ini dapat dilaksanakan sebagaimana mestinya (sesuai kesepakatan) tanpa perlu tengok kiri tengok kanan.

Ilustrasi Molekul Senyawa
Bulat Kuning lah yang terpenting untuk lebih diperhatikan, agar :
1. Investor Karbon tidak menjadi Korban
2. Warga sekitar Karbon tidak menjadi Korban

REDD+ : Mencoba menghidupkan kembali yang sudah terbakar di lahan Gambut yang rusak...

Di Kerokan Hantipan, Pulau Hanaut, Kotawaringin Timur, Kebakaran terus berulang setiap tahunnya, ratusan pohon rata menjadi abu dan beberapa meninggalkan jejak yang telah menjadi arang. Tak salah, beberapa warga menggagas lahan terbakar ditanam kembali. Tak salah beberapa warga menanam jenis pohon karet daripada pohon ramin yang puluhan tahun hidupnya hanya untuk satu kali ditebang. Tak salah beberapa warga meminta perlindungan tentang hak kelola mereka untuk masa depan. Tak salah beberapa warga meminta penjelasan tentang apa REDD itu? dikaitkan dengan rencana meng-hutan-kan kembali lahan gambut yang rusak oleh mereka. Yang menarik, beberapa warga tidak pernah menyalahkan siapa pun dengan tidak menyalahkan mereka, karena mereka mencoba menghidupkan kembali yang sudah terbakar di lahan Gambut yang rusak...

Rotan di Sampit : Tak ada pilihan lain selain terus bekerja...

Menurut berita dari beberapa warga di Sampit dan sekitarnya : bahwa ada informasi Pemerintah Pusat lewat Kementerian Perdagangan dan Industri akan me-moratorium eksport rotan asalan dan setengah jadi pada bulan desember 2011 ke negara-negara tujuan, seperti China, Singapura, India dan lainnya.
Yang jelas, berita ini jika jadi dilaksanakan sedikit banyaknya akan mempermiskin warga yang terlibat di dalamnya untuk beraktifitas di kehidupan sehari-harinya. Dan dibalik itu, kemungkinan besar Pemerintah sudah tidak mampu lagi untuk berbuat secara sadar dalam memberdayakan warga di bidang rotan ini, ujar warga. Akar masalah moratorium ini belum secara pasti diketahui, namun ada beberapa pendapat bahwa pajak, keadilan mata rantai hulu sampai hilir dan mencintai produk negara sendiri bermunculan dalam menyikapi hal ini.
Yang jelas, rencana moratorium sudah dekat, namun warga hanya bisa berujar, tak ada pilihan lain selain terus bekerja..., karena tanpa ini anak dan keluarga makan dari mana ?


Lebaran Haji di Desa Bapinang

Hari Lebaran Haji atau Idul Adha (10 Dzulhijjah 1432 H) di desa Bapinang ataupun Sampit dan sekitarnya, agak berbeda sedikit dengan Lebaran Haji di daerah Pulau Jawa pada umumnya. Jika di desa Bapinang, Lebaran Haji ini nyaris sama dengan Lebaran Idul Fitri, yaitu selepas shalat Sunat Ied para warga saling datang mendatangi rumah-rumah untuk berucap mohon maaf lahir dan bathin.
Menurut para Ustadz di sana, hal ini merupakan tradisi agama yang turun menurun dan terus dipertahankan untuk menjaga kualitas persaudaraan dan tali silaturahmi.

Selamat Idul Adha, 10 Dzulhijjah 1432 H, mohon maaf lahir dan batin...