KATINGAN : "Masa Depan Berkelanjutan di Mata Masyarakat Katingan"

Sebuah acara Workshop dan Pameran Photo  yang bertajuk : " Masa Depan Berkelanjutan di Mata Masyarakat Katingan " akan dilangsungkan di Aula Serba Guna Pemerintahan Kabupaten Katingan pada tanggal 9 - 10 Mei 2012. Hal menarik adalah semua photo yang dipamerkan merupakan hasil jepretan tangan warga Kabupaten Katingan di wilayah sumber daya alamnya, sumber manusianya serta lingkungan dan kebudayaannya. Acara ini merupakan kerjasama antara :
- Pemerintahan Kabupaten Katingan
- PhotoVoices
- Yayasan Puter Indonesia
- Clinton Climate Initiative (CCI)
- PT. Rimba Makmur Utama (RMU)
- Hewlett Packard (hp)

Pameran Photo ini terbuka untuk umum

Subsiden...

Beberapa waktu lalu, sebagian warga yang mengikuti program pemulihan lahan gambut di daerah Sampit dan sekitarnya melalui penanaman pohon keras jenis karet menanyakan : mengapa beberapa tahun ini tanaman karet muncul akarnya ke permukaan tanah, apakah akar karetnya yang ingin keluar atau tanah gambutnya yang turun ?

Contoh Subsiden pada Pohon Karet di lahan Gambut

Mendengar pertanyaan tersebut, secara sederhana dijawab bahwa hal itu disebabkan oleh turunnya permukaan tanah gambut atau lebih terkenal dengan nama Subsiden.
Subsiden terjadi karena beberapa hal, yaitu :
1. banyaknya pembuatan saluran air
2. seringnya banjir pasang surut
3. seringnya kebakaran lahan gambut
akibat 3 hal tersebut, maka lahan gambut yang ada di wilayah kerokan hantipan ataupun di Sampit dan sekitarnya akan mengalami penurunan permukaan tanah oleh tekanan dari atasnya yang menyebabkan beban lapisan-lapisan yang ada pada lahan gambut.

Contoh Subsiden pada Pohon Karet di Lahan Gambut
Yang jelas munculnya akar pohon karet ke atas permukaan tanah bukan karena akarnya yang ingin keluar...

Penebang Kayu itu adalah sahabatku...

Awalnya, saya sangat dicurigai dan selalu diintip ketika kaki ini melangkah kemana pun arahnya. Bisik-bisik mereka agak sulit ditangkap karena beda bahasa, namun melihat roman wajah mereka semuanya berbisik tentang sepak terjang saya di daerahnya. Saya hanya bisa bersabar menghadapi hal seperti ini, meski teman-teman di kampung berpengaruh cukup kuat namun untuk hal kegiatan sehari-hari mereka adalah hal yang cukup mengganggu bagi mereka.



Tidak terasa, sudah 5 bulan saya berdiam didaerah itu, aktifitas terus berjalan mulai dari bapak-bapak dalam budidaya karet, ibu-ibu dalam pembuatan minyak lala (kelapa), anak-anak dalam kegiatan Calistung (baca, tulis, hitung) dan pendokumentasian adat dan budaya warga setempat, mereka yang tadinya curiga sedikit-sedikit sudah bisa duduk bersama di tanah gambut yang masih berair. Kadang-kadang mereka membangunkan tidur ketika jam masih menunjukkan pukul 06.02 WIB, saya hanya bisa tersenyum walau mata ini agak sulit dibuka lebar. Mereka merasa kehilangan ketika saya mendapat giliran pulang ke Bandung meski hanya 14 hari lamanya, hp sulit sekali untuk diam.


Yach, itulah hasil dari kesabaran, karena kedatangan saya pun ke situ bukan untuk mengganggu kehidupan mereka. Satu tahun sudah lewat, mereka tetap berjuang untuk menghidupi keluarganya. Dan ketika suatu hari mereka akan diliput oleh wartawan Reuters, mereka tidak keberatan karena itu adalah penghidupan satu-satunya yang bisa dikerjakan. Saya hanya bisa termenung menyaksikan mereka beraktifitas, namun dalam hati ini, saya hanya bisa berdo'a supaya mereka selalu sehat agar kehidupannya tetap terjaga juga untuk keluarganya.
Namun dalam hati yang terdalam, saya ingin mengalihkan kehidupannya yang sampai saat ini masih berlangsung ke hal yang lain, namun saya tidak sanggup untuk itu...

Sumber Photo : http://blogs.reuters.com/environment/2010/11/26/making-redd-work-for-illegal-loggers/