GETAH JELUTUNG
Sejak akhir april hingga awal bulan Mei 2014, harga getah jelutung masih dengan kisaran Rp 6.000,- namun sejak harga itu hingga kini (agustus 2014) tidak laku atau tidak bisa dijual lagi ke pengusaha atau pun langsung ke PT. Sampit. Menurut rumor antar pemantung (pencari getah jelutung di hutan) sudah biasa jika menghadapi hari nasional, harga getah jelutung bakal turun namun akan masih tetap laku dijual, namun yang terjadi sampai saat ini tidak laku dijual. Padahal stok getah jelutung dari para pemantung yang ada di kecamatan Pulau Hanaut dan kecamatan Seranau jika dikumpulkan bisa mencapai puluhan ton. Dan stok tersebut kini hanya disimpan di hutan dan di sungai depan rumah.
Menurut informasi dari PT. Sampit, permintaan akan getah jelutung dan getah karet sedang lesu dan harga dunia sedang menurun.
Petani Jelutung membersihkan dan menyimpan getahnya diberbagai tempat
GETAH KARET
Hal serupa dengan yang diatas, penurunan harga getah karet sangat terasa oleh para petani karet seantero Kabupaten Kotawaringin Timur. Harga kini (agustus 2014) di kecamatan Seranau sebesar Rp 6.000/kg takolok/kepala, sedangkan di kecamatan Pulau Hanaut sebesar Rp 5.500/kg takolok/kepala. Dan informasi yang didapat dari lapangan, sebagian besar petani karet menghentikan sementara untuk memantat/menyadap karet dan mengalihkan pekerjaan menjadi buruh sawit, serabutan, pegawai toko dan istirahat di rumah sambil menunggu harga naik kembali.
Pohon karet yang disadap dan pintu depan PT. Sampit
ROTAN
Rotan yang menjadi sumber pendapatan terbesar di kecamatan Seranau (Terantang, Terantang Hilir, Batuah, Mentaya Seberang) ikut turun harganya. Harga tanggal 20 agustus 2014 adalah sebesar Rp 180.000/kuintal basah. Yang menjadi masalah sekarang adalah rotan kering tidak bisa dijual kepada pedagang besar di Pelangsian dan Kota Besi. Bisa dijual akan tetapi uangnya menyusul kemudian jika si pengepul itu mampu menjual ke pasar.
Peruntih Rotan dan Rotan Kering Yang Belum Terjual
Dilihat dari segi pendapatan keluarga, turunnya harga sudah pasti ikut menurunkan pendapatan sehari-hari para keluarga yang bersumber pada 3 (tiga) sumber daya alam ini.
Para petani hanya berharap, mudah-mudahan Pemerintahan Pusat dan Kabupaten bisa menemukan solusi yang tepat untuk keberlanjutan hidup dan kesejahteraan rakyatnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar